Rabu, 03 Maret 2010

riset

Riset atau penelitian sering dideskripsikan sebagai suatu proses investigasi yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistimatik, yang bertujuan untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Penyelidikan intelektual ini menghasilkan suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu peristiwa, tingkah laku, teori, dan hukum, serta membuka peluang bagi penerapan praktis dari pengetahuan tersebut. Istilah ini juga digunakan untuk menjelaskan suatu koleksi informasi menyeluruh mengenai suatu subyek tertentu, dan biasanya dihubungkan dengan hasil dari suatu ilmu atau metode ilmiah. Kata ini diserap dari kata bahasa Inggris research yang diturunkan dari bahasa Perancis yang memiliki arti harfiah "menyelidiki secara tuntas".

Kriteria riset yang baik untuk bidang sains dan teknologi
Sebuah riset yang baik akan menghasilkan:

1. Produk atau inovasi baru yang dapat langsung dipakai oleh industri (bukan hanya sebatas purwarupa)
2. Paten
3. Publikasi di jurnal internasional


Jurnal Penelitian
Kesiapan Jurusan Teknologi Pendidikan dalam Implementasi
E-Learning
Arafah Husna
Sri Wahyuni

Abstract: Kualitas sumber daya manusia sangat mempengaruhi ketercapaian dan kesuksesan pembangunan nasional (Syarif,1996:5). Sementara SDM kita amat rendah di bandingkan dengan kebanyakan negara lain. Survei UNDP menunjukan bahwa pada tahun 2003, Indeks Pembangunan Manusia-IPM (Human Development Index-HDI) Indonesia, dengan indikator rata-rata usia harapan hidup dan lamanya mengikuti pendidikan serta daya beli, berada pada tingkat ke-112 dari 174 negara. Sebagai fakta, menurut Balitbang Diknas dalam Indonesia-Educational Statistics in Brief (2000/2002), bahwa jumlah anak usia dini sampai dengan usia Perguruan Tinggi yang terlayani pendidikan formal hanya sekitar 44,96%.
Dengan kondisi seperti itu maka tuntutan terhadap pengembangan sumber daya manusia yang unggul merupakan kebutuhan mendesak untuk direalisasikan. Dalam upaya pengembangan SDM, pendidikan memegang peranan kunci, yaitu sebagai pendekatan dasar dan bagian penting dalam suprasistem pembangunan bangsa. Kondisi ini juga tercermin dari laporan Bank dunia tahun 1994 yang menyebutkan bahwa sektor pendidikan memberikan kontribusi sebesar dua pertiga dari pertumbuhan suatu Negara (Natipulu, 1996:2).
Usaha pembangunan pendidikan dengan cara–cara konvensional seperti membangun gedung sekolah dan mengangkat guru baru, tidak lagi dapat dipandang sebagai strategi yang mampu menjalankan transformasi pendidikan. Pembaruan pendidikan tidak mungkin lagi dilakukan dengan cara-cara yang lama. Masalah-masalah dalam pendidikan sekarang, tidak mungkin dipecahkan dengan menggunakan pendekatan masa lalu (Miarso, 2004:299). Kondisi negara Indonesia yang unik, serta perubahan besar yang terjadi dalam lingkungan global mengharuskan kita untuk mengembangkan sistem pendidikan yang lebih terbuka, lebih luwes, dan dapat diakses oleh siapa saja yang memerlukan, tanpa memandang usia, jender, lokasi, kondisi sosial ekonomi, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya. Sistem tersebut selain dapat memperluas kesempatan pendidikan juga harus berfungsi dalam meningkatkan mutu pendidikan secara merata, meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan, dan meningkatkan efisiensi dalam penyelenggaraan pendidikan. Sistem pendidikan tersebut adalah sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh, yang merupakan sub sistem dari sistem pendidikan nasional, yang sekarang ini banyak

dikembangkan oleh Universitas Terbuka (UT). Model pembelajaran seperti ini dikenal dengan nama pembelajaran elektronik yang selanjutnya disingkat dengan E-Learning.
Menurut Henderson mengatakan bahwa E-Learning memungkin-kan pebelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik mengikuti pembelajaran di kelas (belajar di ruang maya). Hasil penelitian di Jerman (Ummat, dalam Munif, 2001:21) mengungkapkan bahwa siswa yang belajar dalam ruang maya lebih maju 20% dibandingkan siswa yang belajar dalam kelas konvensional. Lebih dari itu dengan diaksesnya teknologi informasi oleh siswa dipandang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajarnya (Unesco Apeid: Munif, 2001). Kehadiran internet dengan segala keunggulannya itu pun dipandang menjadi salah satu alternatif sumber informasi masa depan. Internet mempunyai banyak potensi yang dapat mendukung proses pendidikan yang lebih baik. Banyaknya informasi didalamnya dapat menjadi literatur bagi insan perguruan tinggi untuk memperluas wawasan (Sanjaya, 1998:4).
Kecenderungan untuk mengembangkan E-Learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Infrastruktur di bidang telekomunikasi yang menunjang penyelenggaraan E-Learning tidak lagi hanya menjadi monopoli kota-kota besar, tetapi secara bertahap sudah mulai dapat dinikmati oleh mereka yang berada di kota-kota di tingkat kabupaten.Sistem Informasi dan Komunikasi di Universitas Negeri Malang (UM) berbasis teknologi terpadu sudah ada sejak tahun 1994 jauh sebelum adanya perluasan mandat IKIP MALANG menjadi UM tahun 1999. Oleh sebab itu, UM telah mempunyai pengalaman yang cukup memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam menerapkan penyediaan data dan informasi dalam kerangka mencapai visi dan misi UM. Begitu pula E-Learning di jurusan Teknologi Pendidikan (TEP) yang telah mulai diselenggarakan namun pemanfaatannya belum dilakukan secara bersama dan terkoordinasi. Sementara itu banyak kelas-kelas dengan jumlah peserta didik yang banyak tetapi tempat dan staff pengajar terbatas, serta masih minimnya bahan ajar berbasis E-Learning. Oleh karena itu para dosen perlu dilatih untuk menyusun bahan ajar tersebut.

Disamping E-Learning menjanjikan banyak hal positif, tetapi juga memiliki sejumlah kendala, antara lain masalah terbatasnya dosen, maupun tenaga pendidik yang terampil berteknologi, kreatif; kemampuan mahasiswa mengoperasikan internet dengan baik; penyediaan sarana dan prasarana; validitas hasil ujian; serta kualitas dari pembelajaran itu sendiri. Karena sering kali apabila kita berbicara tentang usaha peningkatan SDM dan mutu pendidikan, disisi lain kita justtru cenderung mengabaikan aspek yang berkaitan dengan kualitas dari pendidikan sendiri. Berangkat dari realitas diataslah, maka perlu diteliti sampai seberapa kesiapan SDM pada jurusan TEP FIP Malang dalam rangka mengimplementasikan pembelajaran E-Learning. Ada beberapa permasalahan yang akan dijawab melalui penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana kesiapan dan kompetensi pengelola (dosen dan teknisi) E-Learning di jurusan TEP FIP UM?; (2) Bagaimana kesiapan dan kemampuan mahasiswa TEP dalam E-Learning?; dan (3) Bagaimana dukungan fasilitas dan pelayanan TEP ICT Centre dalam implementasi E-Learning?. Dengan penelitian ini diharapkan agar: (1) peserta didik dapat lebih membangkitkan sikap positif dan memantapkan penguasaannya terhadap teknologi berbasis komputer dan internet (E-Learning); (2) temuan penelitian dapat menjadi informasi dan masukan yang berarti dalam upaya peningkatan pengelolaan dan pelayanan pembelajaran elektronik (E-Learning) di FIP UM; dan (3) dapat berfungsi sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas SDM dan akreditasi dari pembelajaran elektronik (E-Learning) di FIP UM
METODE
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini tergolong deskriptif karena hanya mencari fakta-fakta tanpa melakukan pengujian dan menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang digunakan adalah data yang merupakan catatan-catatan verbal tentang pengaruh kualitas sumber daya manusia (baik dosen, mahasiswa dan tenaga akademik), dalam implementasi pembelajaran elektronik (E-Learning) yang ada di TEP ICT Centre. Subjek penelitiannya adalah seluruh pengelola E-Learning (dosen & teknisi) sebanyak 5 orang, dan mahasiswa Jurusan Teknologi

Pendidikan (TEP) yang tercatat sebagai mahasiswa tahun akademik 2004–2006 yang mengikuti mata kuliah bidang pengembangan berbasis digital sebanyak 50 mahasiswa diambil secara random. Metode pengumpulan data yang digunakan diantaranya angket, wawancara dan observasi dengan harapan data yang diperoleh lebih lengkap serta untuk mengatasi keterbatasan dari masing-masing teknik tersebut. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik presentasi. Teknik ini dianggap sesuai untuk mendeskripsikan tentang kualitas sumber daya manusia (baik dosen, mahasiswa dan tenaga akademik), dalam implementasi Pembelajaran Jarak Jauh (E-Learning) di FIP UM.

HASIL
1. Tantangan Globalisasi dan Perlunya Pengembangan SDM
Sumber daya alam dan sumber daya buatan (seperti uang, organisasi dan sarana) memang memberikan kemungkinan untuk pembangunan, tetapi sumber daya manusialah yang mampu mewujudkan terjadinya kemungkinan itu, karenanya SDM merupakan modal dasar pembangunan yang terpenting. Selain itu sumber daya manusia juga merupakan salah satu sasaran pembangunan, yaitu agar kualitasnya berkembang atau meningkat (Miarso,2004:300). Melalui upaya pendidikanlah SDM tersebut dapat ditingkatkan kualitasnya. Sedangkan kualitas pendidikan tersebut sangat tergantung oleh model pembelajaran yang dikembangkan. Karena itu berbagai model pembelajaran perlu terus dikembangkan, karena memang proses pembelajaran pula yang masih menjadi faktor yang berpengaruh besar dalam upaya pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang sekarang dibutuhkan adalah pembelajaran yang berbasis teknologi informasi (E-Learning), yang lebih terbuka, mudah dan cepat untuk diakses oleh siapapun juga seperti misalnya pendidikan jarak jauh.
Pendidikan E-Learning atau pendidikan jarak jauh adalah pendidikan terbuka dengan program belajar yang terstruktur relatif ketat dan pola pembelajaran yang berlangsung tanpa tatap muka atau keterpisahan antara pendidik dengan peserta didik. Menurut Miarso (2004:300) penyelenggaraan pendidikan jarak jauh menuntut sistem manajemen mutu dan akreditasi secara khusus. Manajemen mutu

diarahkan pada pengendalian mutu tamatan agar memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan secara nasional (quality control), sedangkan akreditasi diarahkan pada penjaminan mutu pelayanan pendidikan (quality assurance). Manajemen mutu mencakup penentuan kompetensi tamatan, kompetansi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan struktur program kurikulum.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan pendidikan jarak jauh (E-Learning) diperlukan perangkat yang cukup canggih, dan mampu menjadi sumber informasi yang lengkap dan mudah diakses. Salah satu perangkat yang diperlukan adalah internet, yang dengan alat ini pembelajaran dapat dilaksanakan secara cepat efektif, dan efisien. Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan beribu bahkan berjuta jarinngan komputer (local/wide area network) dan komputer pribadi (stand alone), yang memungkinkan setiap komputer yang terhubung kepadanya bisa melakukan komunikasi satu sama lain (Brace, dalam Hardjito 2002). Jaringan ini bukan merupakan suatu organisasi atau institusi, karena tak satu pihakpun yang mengatur dan memilikinya. Fasilitas apilkasi Internet cukup banyak sehingga mampu memberikan dukungan bagi keperluan militer, kalangan akademisi, kalangan media massa, maupun kalangan bisnis. Fasilitas tersebut seperti Telnet, Gopher, WAIS, e-mail, Mailing List (milis), Newsgroup, File Transfer Protocol (FTP), Internet Relay Chat, World Wide Web (WWW), Buletin board Service (BBS), Internet Telephony dan Internet Fax.
Salah satu aplikasi yang dapat memanfaatkan internet ini adalah aplikasi dalam bidang pendidikan formal maupun non formal. Pebelajar dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dapat dikenalkan lebih jauh dengan teknologi ini. Pembelajaran dengan memanfaatkan internet terbukti dapat memberi keuntungan lebih dibanding dengan pembelajaran konvensional. Menurut Byron (1998:2) dengan memanfaatkan internet, siswa akan mudah termotivasi dan akan segera menyesuaikan diri. Lebih dari itu dengan diaksesnya teknologi informasi oleh siswa dipandang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajarnya (UNESCO Apeid dalam Munif, 2001). Internet telah memenuhi beberapa syarat penggunaan sebagai media pembelajaran. Internet memiliki kemampuan menyampaikan isi, menampilkan sisi audio visual, dan dapat meningkatkan motivasi siswa. Internet dapat digunakan sumber belajar di kelas. Internet juga diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi dosen maupun mahasiswa dalam pembelajaran.


2. Konsep Dasar E-Learning
Pembelajaran elektronik atau E-Learning telah dimulai pada tahun 1970-an (Waller and Wilson, 2001). Secara sederhana E-Learning dapat diartikan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya (Brown, 2000; Feasey 2001). Menurut Allan J. Henderson, E-Learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya internet (The E-Learning Question and Answer Book, 2003). William Horton menjelaskan bahwa E-Learning merupakan pembelajaran berbasis web (yang bisa diakses dari Internet). Dari penelitian yang dilaksanakan oleh Diane E. Lewis pada tahun 2001, diketahui bahwa sekitar 42% dari 671 perusahaan yang diteliti telah menerapkan E-Learning, sekitar 12% lainnya berada pada tahap persiapan, dan sekitar 90% kampus perguruan tinggi nasional juga mengandalkan E-Learning.
Ada 3 hal penting sebagai persyaratan E-Learning, yaitu: (1) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan internet (LAN/WAN); (2) tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, misalnya CD-ROM, atau bahkan cetak; dan (3) tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta didik apabila kesulitan (Siahaan, 2001). Disamping ketiga persyaratan tersebut diatas Siahaan masih menambahkan persyaratan lainnya, seperti: (1) adanya lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan E-Learning; (2) sikap positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi computer dan internet; (3) rancangan sistem pembelajaran yang dapat diketahui/dipelajari oleh setiap peserta didik; (4) sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembanngan belajar peserta didik; dan (5) mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara. Siahaan (2002) mengungkapkan setidaknya ada 3 fungsi E-Learning terhadap pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction) yaitu: (1) sebagai

suplemen (tambahan) apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi E-Learning atau tidak; (2) sebagai komplemen, apabila materi E-Learning diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik didalam kelas (Lewis, 2002); dan (3) sebagai substitusi. Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternative model kegiatan pembelajaran kepada para mahasiswanya. Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih secara didik, yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional); (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet; atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet (e-lerning berfungsi sebagai substitusi)
Penyelenggaraan E-Learning sangat ditentukan antara lain oleh: (1) sikap positif peserta didik (motivasi yang tinggi untuk belajar mandiri); (2) sikap positif tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet; (3) ketersediaan fasilitas komputer dan akses internet; (4) adanya dukungan layanan belajar; dan (5) biaya akses ke internet yang terjangkau untuk kepentingan pembelajaran. Satu hal yang perlu ditekankan dan dipahami adalah bahwa E-Learning tidak dapat sepenuhnya menggantikan kegiatan pembelajaran konvensional di kelas (Lewis, 2002), tetapi E-Learning dapat menjadi partner atau saling melengkapi dengan pembelajaran konvensional di kelas. E-Learning bahkan menjadi komplemen besar terhadap model pembelajaran di kelas atau sebagai alat ampuh untuk program pengayaan. Sekalipun diakui bahwa belajar mandiri merupakan ‖basic thrust‖ kegiatan E-Learning, namun jenis kegiatan pembelajaran ini masih membutuhkan interaksi yang memadai sebagai upaya untuk mempertahankan kualitasnya (Reddy, 2002).
3. Kesiapan Jurusan Teknologi Pendidikan dalam Aplikasi E-Learning
Di lingkungan jurusan Teknologi Pendidikan telah dipasang fasilitas sebagai akses segala informasi baik bagi dosen maupun oleh mahasiswa. Melalui pemberdayaan seluruh fasilitas yang tersedia di lingkungan Jurusan Teknologi Pendidikan pada gilirannya akan mendukung jurusan dalam menunaikan program-programnya, termasuk pemberian layanan pembelajaran lewat E-Learning. Di tambah lagi,

proses pembelajaran melalui E-Learning ini akan memudahkan jurusan dalam mengendalikan aktivitas akademiknya, terkait dengan perkuliahan dan penyajian mata kuliah. Beberapa fasilitas yang dimiliki jurusan Teknologi Pendidikan adalah: (1) Administrator; merupakan pengelola jaringan yang bertugas untuk mengatur aktivitas end user bertempat di ruang server TEP ICT CENTRE, dan server digunakan untuk menempatkan modul elektronik media video akan dikemas dalam format digital. Jurusan Teknologi Pendidikan memiliki 2 server. Server utama merupakan server yang digunakan sebagai high stored untuk jaringan Intranet Jurusan Teknologi Pendidikan dan server administrator digunakan untuk mengatur hak akses jaringan internet; (2) Akses Dosen; merupakan tempat dosen dapat meng-upload materi perkuliahan baik berupa teks, gambar, audio maupun video. Tempat untuk membimbing dan konsultasi dengan mahasiswa melalui sistem bentuk blog, chatting, e-mail dan konference; (3) Akses Kelas; merupakan beberapa workstation yang berada di 4 ruang kelas yang didesain oleh satuan tugas TEP ICT CENTRE, sehingga dapat digunakan mahasiswa dan dosen pada waktu jam kuliah untuk men-download dan browsing materi perkuliahan baik berupa teks, gambar, audio maupun video; meng-upload tugas yang telah dikerjakan; dan konsultasi dalam bentuk blog, chatting, e-mail dan konference, (4) Akses Umum; merupakan work station Fixed Computer/FC (komputer permanen) yang berada di luar kelas yang tersebar sebanya 3 unit. Masing-masing unit 2 Fixed Computer dan masih dalam lingkungan jurusan Teknologi Pendidikan dan digunakan mahasiswa maupun dosen di luar ruang kuliah untuk browsing materi perkuliahan baik berupa teks, gambar, audio maupun video; meng-upload tugas yang telah dikerjakan; dan konsultasi dalam bentuk blog, chatting, e-mail. Selain berupa workstation Fixed Computer, Jurusan Teknologi Pendidikan memberikan pelayanan Mobile Acces. Akses umum diberikan dengan model layanan WIFI dengan menggunakan 5 buah akses point yang tersebar di lingkungan gedung Jurusan Teknologi Pendidikan dan melayani kebutuhan pembelajaran selama 24 jam ; dan (5) Akses Laboratorium; merupakan work station yang dilengkapi hardwere konverter khusus (Scanner, USB Konverter, Fire Wire, Card Reader, Capture card dll) yang dapat merubah data analog dari luar untuk dirubah menjadi digital untuk kebutuhan up-load

tugas mahasiswa. Workstation ini diletakkan diruang laboratorium Jurusan Teknologi Pendidikan.
BAHASAN
Kesiapan dan Kompetensi Pengelola E-Learning (Dosen dan Teknisi)
di Jurusan TEP
Pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi di Indonesia semakin kondusif seiring dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Departemen Pendidikan Nasional (SK Mendiknas) tahun 2001 yang mendorong perguruan tinggi konvensional untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh (dual mode). Dengan iklim yang kondusif ini, beberapa perguruan tinggi telah melakukan berbagai persiapan, seperti penugasan para dosen untuk (a) mengikuti pelatihan tentang pengembangan bahan belajar elektronik; (b) mengidentifikasi berbagai platform pembelajaran elektronik yang tersedia; dan (c) melakukan eksperimen tentang penggunaan platform pembelajaran elektronik tertentu untuk menyajikan materi perkuliahan. Semua upaya tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi dosen.
Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998), kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior. Aspek-aspek pribadi ini termasuk sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) seluruh pengelola E-Learning di TEP sudah memiliki kompetensi tentang pengetahuan umum komputer, internetworking, software aplikasi, E-Learning dan multi-media; (2) hampir seluruhnya (80%) mampu menguasai programming dan desain web sedangkan sebagian besar (60%) lainnya hanya menguasai jaringan computer, administrasi dan manajemen data juga Sistem Informasi Manajemen; (3) Seluruh pengelola E-Learning di TEP ICT Centre sudah mahir dalam aplikasi program pengolah kata dan desain grafis, sedangkan sebagian kecil (40%) lainnya adalah tingkat mahir dalam bahasa pemrograman dan desain web, serta tingkat menengah pada data base dan desain grafis; (4) Sebagian besar (80%) dosen sudah mengembangkan 1--3 mata kuliah yang diampunya dalam bentuk digital.

Paparan data tersebut sejalan dengan pendapat Khudriatna,2007 yang menyatakan bahwa ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki dosen untuk menyelenggarakan model pembelajaran E-Learning. Pertama kemampuan untuk membuat desain instruksional (instructional design) sesuai dengan kaidah-kaidah paedagogis yang dituangkan dalam rencana pembelajaran. Kedua, penguasaan TIK dalam pembelajaran yakni pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran dalam rangka mendapatkan materi ajar yang up to date dan berkualitas. Ketiga adalah penguasaan materi pembelajaran (subject metter) sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Adapun usaha dari pihak jurusan dalam mengembangkan E-Learning di TEP dapat terlihat dari hasil penelitian melalui wawancara dan observasi tentang pelatihan-pelatihan bidang TIK yang telah dilaksanakan yaitu pelatihan internet bagi dosen dan mahasiswa, pelatihan multimedia dan E-Learning bagi dosen dan mahasiswa, pelatihan CMS (Content Managemen System) bagi dosen, pelatihan LMS (Learning Management System) bagi dosen.
Kesiapan Mahasiswa TEP dalam Implementasi E-Learning
Melalui kegiatan pembelajaran elektronik, mahasiswa dapat berkomunikasi dengan gurunya kapan saja, yaitu melalui e-mail. Demikian juga sebaliknya. Sifat komunikasinya bisa tertutup antara satu siswa dengan guru atau bahkan bersama-sama melalui papan buletin. Komunikasinya juga masih bisa dipilih, mau secara serentak atau tidak (Soekartawi, 2002: a dan b). Melalui E-Learning, para mahasiswa dimungkinkan untuk tetap dapat belajar sekalipun tidak hadir secara fisik di dalam kelas. Kegiatan belajar menjadi sangat fleksibel karena dapat disesuaikan dengan ketersediaan waktu para siswa/mahasiswa. Kegiatan pembelajaran terjadi melalui interaksi siswa/mahasiswa dengan sumber belajar yang tersedia dan dapat diakses dari internet.
Pannen, 2005 menyatakan bahwa kualitas pendidikan jarak jauh salah satunya diukur dari ada tidaknya, dan atau tinggi rendahnya frekuensi interaksi/komunikasi satu arah (presentasi materi ajar), baik dalam bentuk tercetak, terekam, maupun tersiar, dan interaksi/komunikasi dua arah antara siswa dan institusi penyelenggara program. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau (ICT)

telah memungkinkan diseimbangkannya aspek akses dan kualitas ini. Interaksi dua arah antara siswa dengan institusi dan instruktur/tutor sekarang dengan ―mudah‖ dan relatif cepat dapat dilakukan melalui media elektronik seperti audio/video conferencing, computer conferencing, maupun surat elektronik (e-mail). Dengan demikian, keterpisahan antara kegiatan mengajar dengan kegiatan belajar yang menimbulkan suatu jarak psikologis dan komunikasi dalam proses pembelajaran dapat diminimalkan (Peters, 2000). Beberapa hal yang perlu dicermati dalam menyelenggarakan program E-Learning adalah dosen menggunakan internet dan email untuk berinteraksi dengan mahasiswa untuk mengukur kemajuan belajar mahasiswa, mahasiswa mampu mengatur waktu belajar, dan pengaturan efektifitas pemanfaatan internet dalam ruang multimedia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% responden sudah terbiasa berinteraksi dengan computer bahkan sudah 60% yang telah mempunyai sarana computer pribadi/laptop dan hampir seluruh (90%) responden yang memanfaatkan computer untuk keperluan belajar, dan sebagian besar (60%) lainnya untuk keperluan pribadi dan games/ rekreatif, sebagian kecil untuk informasi alternatif serta hampir tidak ada yang menggunakan untuk keperluan workshop, bisnis dan kantor. Adapun software aplikasi yang sudah dikuasai oleh hampir seluruh responden adalah software pengolah kata, work sheet dan presentasi, sementara sebagian besar responden juga mampu menggunakan software untuk data base, bahasa pemrograman, desain web serta desain grafis.
Dalam hal kebiasaan mengakses internet diperoleh data frekwensi responden yang menyatakan sering memanfaatkan internet sejumlah 60%, dan yang menyatakan kadang-kadang 40% yaitu dengan mengakses internet 3-4 kali dalam seminggu dan waktu yang dibutuhkan rata-rata tidak lebih dari 2 jam. Jenis fasilitas yang sering dimanfaatkan oleh hampir seluruh responden adalah e-mail, sebagian besar sering menggunakan fasilitas web, sebagian kecil lainnya search engine, chatting dan news group serta hampir tidak ada yang memanfaatkan friendster dan mailing list.
Paparan diatas sejalan dengan pendapat Purbo (dalam Hardjito,2002) yang menyatakan bahwa diantara keseluruhan fasilitas internet terdapat lima aplikasi standard yang dapat dipergunakan untuk

keperluan pendidikan, yaitu: e-mail, mailing list, news group, FTP dan web (www). Guru atau instruktur dapat menugaskan peserta didik untuk bekerja dalam beberapa kelompok untuk mengembangkan dan mempresentasikan tugas yang diberikan. Peserta didik yang menggarap tugas kelompok ini dapat bekerjasama melalui fasilitas homepage atau web. Selain itu, peserta didik sendiri dapat saling berkontribusi secara individual atau melalui diskusi kelompok dengan menggunakan e-mail (Website kudos, 2002). Dari penelitian ini diperoleh data bahwa sebanyak 96% responden telah mempunyai e-mail pribadi selama 1-3 tahun, namun masih ada 4% yang belum memiliki.
Menurut Byron (1998:2) dengan memanfaatkan internet, siswa akan mudah termotivasi dan akan segera menyesuaikan diri. Lebih dari itu dengan diaksesnya teknologi informasi oleh siswa dipandang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajarnya (UNESCO Apeid dalam Munif, 2001). Dengan demikian, selain penelitian ini memaparkan data-data tentang kemampuan mahasiswa bidang TIK khususnya internet, penelitian ini juga menganalisis motivasi serta kemandirian mahasiswa TEP dalam E-Learning sehingga diperoleh hasil bahwa sebanyak 70% yang menyatakan selalu termotivasi dan dalam proses pembelajarannya sebagian responden sudah mandiri sementara yang tidak selalu mandiri (kadang-kadang) hanya sebagian kecil dan hampir tidak ada yang menyatakan tidak mandiri.
Hasil penelitian diatas sejalan dengan pendapat Sutrisno, 2007 yang menyebutkan setidaknya ada empat komponen penting dalam membangun budaya belajar dengan menggunakan model E-Learning di sekolah. Pertama, siswa dituntut secara mandiri dalam belajar dengan berbagai pendekatan yang sesuai agar siswa mampu mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. Kedua, guru mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, memfasilitasi dalam pembelajaran, memahami belajar dan hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Ketiga, tersedianya infrastruktur yang memadai dan keempat administrator yang kreatif dan penyiapan infrastrukur dalam memfasilitasi pembelajaran
Dalam proses pembelajaran E-Learning kadang dijumpai kendala-kendala baik teknis maupun non teknis. Pemanfaatan E-Learning menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), dimana sebagai fasilitas kedua hal tersebut merupakan bagian

integral, selain itu juga sangat rentan terjadi kerusakan-kerusakan dalam pemanfaatannya. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar responden hanya kadang-kadang saja mengalami kesulitan dalam pembelajaran elektronik sedangkan hampir tidak ada respon yang sering maupun yang tidak pernah sama sekali mengalami kesulitan dalam E-Learning. Kesulitan yang dihadapi sebagian besar responden adalah trouble pada computer/jaringan dan masih minimnya sarana dan prasarana yang tersedia di TEP ICT CENTRE untuk E-Learning, sedangkan hampir tidak ada yang mengalami kesulitan dalam hal men-download bahan ajar, meng-upload tugas serta adanya virus. Namun pihak yang sering membantu dalam mengatasi kendala mereka adalah teman mereka sendiri bukan dari dosen ataupun teknisi.
Kesiapan Dukungan Fasilitas, Biaya, dan Layanan dari TEP dalam
E-Learning
Ada 3 hal penting sebagai persyaratan E-Learning, yaitu: (1) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan internet (LAN/WAN); (2) tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, misalnya CD-ROM, atau bahkan cetak; dan (3) tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta didik apabila kesulitan (Siahaan, 2001).
Sama seperti cara belajar lain, cara belajar dengan E-Learning akan lebih mudah jika mendapat dukungan dari orang-orang terkait dengan pembelajar (atasan, dosen, teknisi rekan, dan keluarga). Dengan dukungan dari berbagai pihak (baik berupa dana, dukungan moril, maupun dukungan fasilitas), semangat belajar yang terkadang turun bisa tetap dipertahankan, bahkan dipacu lebih tinggi, masalah yang dihadapi dalam belajar bisa dituntaskan, sehingga proses belajar dan penyelesaian program bisa lebih mudah dijalankan.
Sementara itu, di Jurusan Teknologi Pendidikan FIP UM dewasa ini telah terdapat infrastruktur jaringan komputer yang sudah dirintis tetapi belum termanfa'atkan secara optimal. Dengan memanfaatkan infrastruktur ini diharapkan dapat melengkapi sistem pembelajaran konvensional sehingga akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran secara keseluruhan. Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar mahasiswa merasa fasilitas yang ada di TEP ICT

Centre sudah cukup memadai dengan biaya akses internet gratis, sehingga mereka menyatakan pelayanan yang diberikan oleh TEP ICT Centre sudah cukup baik. Mahasiswa TEP juga mengharapkan pihak jurusan khususnya Lab TEP ICT Centre dapat menambah jumlah fasilitas (hardware&software), menambah petugas lab/teknisi, memberikan pelatihan E-Learning kepada mahasiswa, menambah limit waktu akses internet kepada mahasiswa dan pengelola lebih sering lagi meng-up date bahan ajar dan tampilan web.
SIMPULAN
Berdasaran pembahasan hasil-hasil penelitian yang telah disajikan, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan yakni sebagai berikut: (1) kesiapan dan kemampuan dalam penguasaan TIK yang sudah dimiliki oleh semua pengelola E-Learning diantaranya tentang pengetahuan umum komputer, internetworking, software aplikasi, E-Learning dan multimedia. Hampir seluruhnya juga mampu menguasai programming dan desain web sedangkan sebagian besar lainnya hanya menguasai jaringan computer, administrasi & manajemen data, serta Sistem Informasi Manajemen. Dalam hal aplikasi software, seluruh pengelola E-Learning di TEP ICT Centre sudah mahir dalam aplikasi program pengolah kata dan desain grafis, tingkat menengah dalam bahasa pemrograman dan desain web; (2) mahasiswa TEP sudah siap dan termotivasi dalam mengoperasikan computer dan mengakses internet, hanya saja masih diperlukan bimbingan dan program pelatihan lebih lanjut tentang pembelajaran berbasis elektronik (E-Learning), serta perlunya dukungan dari dosen dan teknisi serta fasilitas yang lebih memadai agar mahasiswa lebih terlatih kemandiriannya dalam E-Learning; (3) dukungan fasilitas, biaya dan pelayanan yang diberikan oleh team work TEP ICT Centre dalam E-Learning sudah cukup baik dan cukup memadai tetapi masih sangat diperlukan adanya penambahan fasilitas/ infrastruktur serta peningkatan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia yang kompeten dalam bidang ICT, khususnya E-Learning.

DAFTAR RUJUKAN
• Bates, A. W. (1995). Technology, Open Learning and Distance Education. London: Routledge.
• Brown, Mary Daniels. 2000. Education World: Technology in the Classroom: Virtual High Schools, Part 1, The Voices of Experience (sumber dari internet 17 Maret 2007: http://www.education-world.com/a_tech/tech052.shtml)
• Feasey,Dave.2001.E-Learning. Eyepoppingrapichs, Inc. (sumber dari internet tanggal 3 Mei 2007: http://eyepopping.manilasites. com/profiles/)
• Hardjito.2002. ―Internet untuk Pembelajaran‖.Jurnal Teknodik,(online), Edisi No.10/VI, (http://www.pustekkom.go.id, diakses Januari 2007).
• Lewis, Diane E. 2002.‖ A Departure from Training by the Book, More Companies Seeing Benefits of E – Learning ―, The Boston Globe, Globe Staff, 7/8/07 (sumber internet : http://bostonworks.boston.com/ globe/articles/070807/elearn.html)
• Miarso, Yusufhadi.2004. ― Menyemai Benih Teknologi Pendidikan‖. Jakarta: Pustekkom DIKNAS-Prenada Media.
• Munif, Erfan,A.2001. Kesiapan Perguruan Tinggi Menghadapi Era Informasi ( Studi Pemanfaatan Internet dalam Menunjang Proses Belajar Mengajar di Tiga Perguruan Tinggi di Kodya Malang ). Penelitian diterbitkan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang.
• Natipulu ,W.1996. Kondisi Pendidikan Tinggi di Negara-Negara Asia Pasifik. Makalah disajikan dalam Seminar Mutu Pendidikan TInggi Universitas Merdeka Malang 11 – 12 November.
• Pannen, P. (2005) Between E-Learning and Distance Learning. Disajikan dalam Seminar on E-Learning Strategy: E-Learning, IT or Educational Development Policies, May 25, 2005, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
• Peters, O. (2000) The Transformation of the University into an Institution of Independent Learning. Dalam Evans, T. & Nation, D. (2000) Changing University Teaching: Reflections on Creating Educational Technologies. London, Kogan Page



Purbo,Ono.2000.‖ Perkembangan Teknologi Informasi dan Internet di Indonesia‖. Kompas,hlm.5
Reddy, V.Venugopal and Manjulika ,S. 2002. From Face-to-Face to Virtual Tutoring: Exploring the Potentials of E-Learning Support. Indira Gandhi National Open University ( sumber internet, Maret 2007)
Sanjaya.1998. ―Internet Sumber Informasi Penting Bagi Profesional‖.Makalah Elektro Indonesia Vol.4 Hlm.17.
Siahaan, Sudirman . 2002 . ―Studi Penjajagan tentang Kemungkinan Pemanfaatan Internet untuk Pembelajaran di SLTA di Wilayah Jakarta dan sekitarnya‖ dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan , Tahun Ke-8,No. 039, November 2002. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan-Departemen Pendidikan Nasional.
Soekartawi. 2002a. ―Prospek Pembelajaran Jarak Jauh Melalui Internet‖. Invited Papers. Disajikan pada Seminar Nasional Teknologi Pendidikan pada tanggal 18-19 Juli 2002 di Jakarta.
Soekartawi. 2002b. ―E-Learning, Kampus Virtual Masa Depan‖ dalam Harian Pelita, 29 Juli 2002.
Syarif Hidayat.1996. Perencanaan Pembangunan Sumber Daya Manusia Menuju Kualitas Global. Makalah disajikan dalam Seminar Mutu Pendidikan Tinggi Universitas Merdeka Malang 11-1 November.
Waller, Vaughan and Wilson, Jim.2001. ―A Definition for E-Learning‖ in Newsletter of Open and Distance Learning Quality Control. Maret 2007. (sumber dari internet : 7 Maret 2007: http://www.odlqc.org.uk/odlqc/n19-e.html).
Website e-learners.com on: http://www/elearners.com/services/faq/ glossary.html.
Website kudos on ―What is E-Learning?‖ (sumber Website: http://www. kudos idd.com/ learning_solutions/definition).